Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK)

 

Wajah Baru Stadion Gelora Bung Karno

 Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK)

Stadion Utama Gelora Bung Karno atau SUGBK adalah stadion serbaguna yang merupakan bagian dari Gelanggang Olahraga Bung Karno di Jakarta dan biasa digunakan sebagai markas tim nasional Indonesia. Stadion berkapasitas 78.193 ini dinamai untuk menghormati Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia. Usaha138

Saat dibuka pada tahun 1962, stadion ini berkapasitas 110.000 orang. Kemungkinan ini telah dikurangi dua kali: Pertama 88.083 pada tahun 2006 untuk Piala Asia AFC 2007 dan kemudian 77.193 dari tahun 2016 hingga 2017 untuk Asian Games dan Asian Para Games 2018, semua tribun telah terisi, diganti dengan kursi tunggal.

Kapasitas 88.083 kursi menjadikannya stadion sepak bola asosiasi terbesar ke-7 di dunia. Saat ini, ini adalah stadion sepak bola asosiasi terbesar ke-28 di dunia dan stadion sepak bola asosiasi terbesar ke-8 di Asia.

Final Piala Asia AFC 2007 diadakan di stadion ini. Selama Asian Games 2018, stadion SUGBK menjadi tuan rumah upacara pembukaan dan penutupan, serta semua acara atletik, sedangkan di Pesta Olahraga Difabel Asia 2018 juga menjadi tuan rumah upacara pembukaan seperti atletik.

Sejarah

Konstruksi dimulai pada 8 Februari 1960 dan selesai pada 21 Juli 1962, bertepatan dengan Asian Games bulan depan. Pembangunannya dibiayai oleh kredit lunak dari Rusia (sebelumnya Uni Soviet) sebesar US$12,5 juta, yang jumlahnya telah dipastikan pada tanggal 23 Desember 1958.

Kapasitas asli stadion dari 110.000 dikurangi menjadi 88.083 setelah renovasi untuk Piala Asia AFC 2007. Stadion ini dibagi menjadi 24 zona dan 12 pintu masuk, serta tribun atas dan bawah. Keistimewaan stadion ini adalah konstruksi atap baja besar membentuk cincin raksasa yang disebut temubangal, hal yang sangat langka pada tahun 1962.

Selain untuk melindungi penonton di semua area dari panasnya sinar UV bahkan hujan lebat, tujuan dari membangun cincin raksasa juga untuk mempertegas keagungan stadion.

Meskipun stadion ini dikenal sebagai Stadion Gelora Bung Karno atau Stadion GBK, namun nama resminya adalah Stadion Utama Gelora Bung Karno karena terdapat stadion lain di Kompleks Olahraga Gelora Bung Karno seperti Lapangan Tenis dan Stadion akuatik.

Pada masa Orde Baru, kompleks ini berganti nama menjadi “Kompleks Gelora Senayan” dan stadion ini berganti nama menjadi “Stadion Utama Gelora Senayan” pada tahun 1969 sebagai bagian dari kebijakan “de-Soekarnoisasi” oleh Presiden Suharto. Setelah runtuh, nama kompleks dikembalikan oleh Presiden Abdurrahman Wahid melalui keputusan presiden efektif 17 Januari 2001.

Pada final United 1985, pertandingan antara Persib Bandung melawan PSMS Medan yang digelar di stadion ini berubah menjadi pertandingan amatir dengan jumlah penonton terbanyak yaitu 150.000 orang. Pertandingan berakhir pada kemenangan PSMS Medan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lukisan The Persistence of Memory – Salvador Dali

Pummi (Provinsi Papua Selatan)

Payas Agung (Bali)